Wellcome To My Blog Wellcome To My BlogWellcome To My Blog Wellcome To My Blog

Categories

Minggu, 25 November 2012

PUISI LAMA ( Mantra, Syair, Gurindam, Pantun)

PUISI LAMA ( Mantra, Syair, Gurindam, Pantun)



Sering kita mendengar dan membaca puisi tanpa mengetahui jenis puisi tersebut. Nah sekarang kita kupas dengan tajam menggunakan silet hahaha.

Puisi Lama adalah Puisi yang masih terikat dengan aturan-aturan.
Aturan aturan tersebut seperti :
  • Tiap kata per baris
  • Tiap baris per bait
  • Rima
  • Irama
  • Jumlah suku kata
Jenis-jenis Puisi Lama antara lain yaitu :
  1.  Mantra       : Dulunya bukan merupakan Karya sastra, dulu digunakan   untuk adat istiadat dan sistem        kepercayaan.
Contoh :
Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu

2.      Syair           : Puisi Lama yang berasal dari Arab. 
Ciri Cirinya, Satu Bait Terdiri dari 4 Baris, Bersajak a,a,a,a, Isi semua tidak ada sampiran, terdiri 8-12 suku kata.
Contoh :                        
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
Negeri bernama Pasir Luhur (a)
Tanahnya luas
 lagi subur (a)
Rakyat teratur hidupnya makmur (a)
Rukun raharja tiada terukur (a)
Raja bernama Darmalaksana (a)
Tampan rupawan elok parasnya (a)
Adil dan jujur penuh wibawa (a)
Gagah perkasa tiada tandingnya (a)

3.     Gurindam    : Puisi yang berasal dari India.
Ciri-crinya, bersajak aa,bb,cc, isinya merupakan nasehat.
Contoh  :        
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )

4.     Pantun        : Puisi melayu asli yang sudah mengakar dan membudaya dimaayarakat.
Ciri-cirinya, bersajak ab,ab, Satu bait terdiri dari 4 baris, baris 1&2 sampiran baris 3&4 Isi.
Contoh :      
Ada  pepaya ada mentimun (a)
Ada mangga ada salak (b)
Daripada duduk melamun (a)
Mari kita membaca sajak (b)

Jenis Pantun yaitu : Pantun biasa, Seloka pantun (berkait), Talibun.
1.      Pantun biasa yaitu ndak usah ribet ribet yang namanya pantun biasa ya alakadanya heheheh.
Contoh :
Buah mangis buah pepaya
Ilham maniis siapa yang punya
2.      Seloka
Seloka atau bisa kita sebut dengan Pantun berkait.
Maksutnye Jeng gene :
Baris kedua dan Ketiga pada bait pertama dijadikan baris pertama dan kedua bait kedua. Dst
Contoh :
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
Kayu jati bertimbal jalan,
Turun angin patahlah dahan
Ibu mati bapak berjalan,
Ke mana untung diserahkan

3.      Talibun
Talibun merupakan pantun yang jumlah baris pada setiap bait 4 atau lebih pokonya genap. Jika barisnya 4 maka baris pertama dan kedua sampiran baris ketiga dan keempat isi. Kalau 1 bait 6 baris maka baris 1-3 sampiran baris 4-6 isi
Conroh :
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu

4.      Pantun Kilat ( Karmina )
Baris pertama sampiran n dua isi, sajaknya a,a, setiap bait terdiri 2 baris, terdiridari 8-12 suku kata
Contoh :
Dahulu parang, sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)

Sabtu, 25 Februari 2012

PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN SISWA MELALUI KOPSIS SEKOLAH.


Sebelum menjelaskan tentang pentingnya layanan pendidikan kewirausahaan bagi siswa melalui Kopsis sekolah, terlebih dahulu perlu diingat kembali beberapa konsep dasar tentang OSIS pada satuan pendidikan, antara lain: (a) OSIS adalah singkatan dari Organisasi Siswa Intra Sekolah. Jadi, OSIS merupakan satu-satunya wadah organisasi siswa di sekolah dan kursus, di lingkungan pembinaan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah (SD, SMP, SMA/SMK dan kursus-kursus), dan tidak ada hubungan organisatoris dengan OSIS di sekolah atau kursus yang lain (Departemen P dan K, 1985); (b) Pembina OSIS adalah Kepala Sekolah, guru dan tenaga kependidikan yang bertanggung jawab terhadap pembinaan dan pengembangan OSIS di sekolah dan kursus tersebut; (c) Pemimpin siswa adalah pengusus OSIS yang dipilih oleh para siswa di sekolah dan kursus untuk jangka waktu tertentu dan mendapat pengesahan dari Kepala Sekolah yang bersangkutan; dan (d) Tujuan khusus dibentuknya OSIS adalah: Meningkatkan peran siswa untuk menjaga dan membina sekolah sebagai wiyatamandala; Melatih siswa dalam berorganisasi dengan baik; Memantapkan kegiatan ekstra kurikuler dalam menunjang pencapaian kurikulum pada satuan pendidikan; Peningkatan apresiasi dan penghayatan seni budaya; Menumbuhkan sikap berbangsa dan bernegara dengan menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945; Meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa; dan Meningkatkan kesehatan jasmani-rohani siswa (Departemen P dan K, 1985).
Pada Bab IV pasal 4 Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 0461/ U/ 1984 dirumuskan, bahwa materi pembinaan kesiswaan meliputi delapan aspek atau bidang, yang kemudian dalam tataran operasional diwujudkan dalam bentuk delapan Sekretaris Bidang (Sekbid), yaitu: (a) Sekbid ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; (b) Sekbid kehidupan berbangsa dan bernegara; (c) Sekbid pendidikan pendahuluan bela negara; (d) Sekbid kepribadian dan budi pekerti luhur; (e) Sekbid berorganisasi, pendidikan politik dan kepemimpinan; (f) Sekbid ketrampilan dan kewirausahaan; (g) Sekbid kesegaran jasamani dan daya kreasi; dan (h) Sekbid persepsi, apresiasi dan kreasi seni (Departemen P dan K, 1985). Berdasarkan konsep-konsep dasar tentang OSIS dan materi pembinaan kesiswaan tersebut, maka proses pembinaan yang bisa dilakukan oleh Kepala sekolah dan Guru terhadap siswa dalam wadah OSIS adalah menyangkut ‘delapan bidang’ tersebut secara integral.
Hanya karena keterbatasan ruang dan waktu (space and time), maka makalah atau kajian ini lebih menekankan pada aspek kewirausahaan yang terimplementasikan pada pengembangan Koperasi siswa (Kopsis) di setiap satuan pendidikan. Diantara fungsi keberadaan Kopsis di setiap satuan pendidikan bagi siswa antara lain: (a) melatih dan mendidik siswa dalam mengembangkan potensi kewirausahaan sesuai dengan tingkat minat dan potensi yang dimiliki siswa; dan (b) melatih dan mendidik siswa dalam memanajemen Kopsis, khususnya dalam memberikan layanan terbaik terhadap beragam kebutuhan siswa berkaitan dengan kelancaran proses pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, hakikat Kopsis di sekolah bukan hanya semata-mata menyediakan berbagai sarana dan kebutuhan material yang diperlukan siswa dalam proses pembelajaran di sekolah, tetapi juga harus mampu ‘melatih dan mendidik siswa dalam mengembangkan potensi kewirausahaan’, yang sangat dibutuhkan siswa dalam proses hidupnya kedepan. Urgensi pengembangan potensi wirausaha siswa inilah yang menjadi fokus kajian dalam makalah ini.
Agar keberadaan Koperasi Siswa (Kopsis) di setiap satuan pendidikan mempunyai peran penting dalam proses pendidikan kewirausahaan siswa, maka pengelolaan atau manajemen Kopsis sekolah harus dilakukan dengan sebaik-baiknya, dan betul-betul berperan sebagai tempat praktik dan latihan bagi siswa dalam membangun dan mengembangkan sikap mental kewirausahaannya. Paling tidak ada tujuh konsep penting yang perlu diperhatikan oleh pembina OSIS dalam proses membimbing atau melatih siswa untuk mengembangkan potensi kewirausahaan di lingkungan sekolah, antara lain:
Pertama, pada hakikatnya peranan sekolah dalam membangun sikap mental berwirausaha siswa adalah sangat sentral. Diantara sikap mental manusia atau peserta didik untuk sanggup berwirausaha adalah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (a) memiliki moral atau motivasi tinggi untuk berprestasi dan berkarya sepanjang usia hidupnya (need for achievement); (b) memiliki sikap mental untuk berwirausaha, yang diawali dengan hal-hal yang kecil namun dengan perencanaan yang baik; (c) memiliki kepekaan terhadap arti lingkungan; dan (d) memiliki ketrampilan atau kecapakan untuk berwirausaha. Kekuatan untuk membangun keempat aspek tersebut sangat ditentukan oleh kondisi pembelajaran budaya yang telah berlangsung dalam lingkungan keluarga siswa.
Peranan sekolah tersebut dalam realitasnya masih belum terberdayakan secara maksimal, diantara faktor penyebabnya adalah masih ada beberapa kelemahan yang dapat dijumpai dalam pelaksanaan layanan pendidikan di setiap satuan pendidikan, yaitu: (1) kelemahan pada aspek proses pembelajaran di kelas, antara lain: (a) aktivitas belajar siswa di sekolah masih kurang maksimal dalam memberdayakan potensi dirinya; (b) proses layanan pembelajaran di kelas belum secara maksimal dalam memenuhi kebutuhan, minat dan bakat yang dimiliki siswa secara beragam; (c) masih banyak terjadi proses pembelajaran yang bersifat guru sentris; (2) kelemahan pada aspek pengorganisasian pengalaman belajar siswa, yaitu dengan sistem pembelajaran secara klasikal cenderung guru mengalami kesulitan dalam pemberian kayanan pendidikan kepada siswa sesuai dengan minat dan kemampuan serta bakat masing-masing siswa secara maksimal; dan (3) kelemahan dari pada aspek pengembangan kurikulum, artinya pada kurikulum sekarang ini (berbasis kompetensi dan KTSP), aspek kewirausahaan siswa belum diintrodosir dan dikembangkan secara maksimal di setiap satuan pendidikan secara intergal dan berjenjang; dan (3) kelemahan pada aspek sarana dan prasarana yang ada di sekolah yang masih terbatas.
Kedua, strategi pengembangan dan pembinaan kewirausahaan siswa harus dilakukan secara bertahap melalui usaha-usaha sebagai berikut: (1) penyebarluasan konsep pembinaan kewirausahaan bagi siswa di setiap satuan pendidikan; (2) melaksanakan dan mengembangkan program pembinaan kewirausahaan; (3) pendayagunaan tenaga pembina kewirausahaan yang meliputi tenaga-tenaga yang ada di sekolah atau di luar sekolah; (4) melaksanakan penataran guru dan tenaga pembina kewirausahaan sampai mencapai suatu jumlah dan mutu yang memadai; dan (5) mengembangkan program lembaga pendidikan tenaga kependidikan dengan paket kewirausahaan siswa. Sedangkan pengadaan sarana penunjang pengembangan dan pembinaan kewirausahaan siswa di sekolah adalah: (a) ruang ketrampilan; (b) koperasi siswa/ sekolah; (c) kebun sekolah; (d) ruang kesenian; (e) ruang perpustakaan; dan (f) laboratorium (Departemen P dan K, 1985)
Ketiga, strategi mempersiapkan siswa mempunyai sikap mental berwirausaha melalui proses pembelajaran di kelas, antara lain: (1) pembenahan pada proses pembelajaran yang mengunakan pendekatan atau model pembelajaran aktif, kreatif, efektif, menyenangkan dan inovatif. Untuk bisa menunjang proses pembelajaran tersebut, beberapa yang perlu dibenahi adalah: (a) meningkatkan kompetensi guru dan mentalitas inovatif guru; (b) pembenahan sistem pembelajaran yang didesain dalam bentuk ’siswa aktif, kreatif dan inovatif’; (c) pembenahan dalam sarana pembelajaran di kelas yang berbasis teknologi yang menunjang pembentukan mentalitas kewirausahaan; (d) menanamkan konsep pada siswa tentang ’siswa berprestasi’ adalah siswa yang mampu mencapai ketuntasan belajar dan mempunyai kualitas pada aspek: moral, sikap mental inovatif, kepekaan sosial, ketrampilan berwirausaha, rasa tanggung jawab dalam menyelesaikan problem; (2) melakukan berbagai jenis kegiatan di sekolah yang mengarah pada pembinaan kewirausahaan siswa.
Ada beberapa jenis kegiatan yang dapat dilakukan oleh pembina OSIS atau guru dalam rangka mencapai tujuan pembinaan kewirausahaan siswa sebagai berikut:
1. Dalam rangka membangkitkan dan menumbuhkan minat siswa terhadap kegiatan kewirausahaan antara lain: (a) penulisan cerita tentang tokoh wirausaha yang berhasil; (b) lomba baca dan tulis puisi tentang semangat kewirausahaan; (c) fragmen dan wawancara tentang kewirausahaan melalui televisi, radio dan pementasan; (d) kunjungan ke tempat-tempat perusahaan atau industri; dan (e) ceramah dan diskusi tokoh wirausaha yang berhasil di sekolah.
2. Dalam rangka menumbuhkan dan meningkatkan ketrampilan ber wirausaha antara lain: (a) praktik ketrampilan seni menjual, berkebun, berternak, jahit menjahit, masak memasak, dekorasi, pertanaman, servis dsb; (b) koperasi siswa (kopsis); (c) bursa atau pameran buku; (d) melaksanakan berbagai lomba karya siswa.
3. Dalam rangka menumbuhkan dan meningkatkan sikap mental berwirausaha, antara lain: (a) alat-alat pelajaran berupa buku, audio visual, komputer, internet dan alat ketrampilan lainnya; (b) praktek kerja nyata; (c) tabungan siswa untuk kepentingan pembelajaran berwirausaha; (d) melalui media siswa (warta siswa) dikomunikasikan gemar berwirausaha; (e) kemah dan bakti sosial.
4. Dalam rangka mengembangkan daya pikir dan bertindak kreatif dan produktif, antara lain: (a) lomba karya tulis siswa tentang kewirausahaan; (b) lomba cipta alat produksi; (c) penulisan buku-buku rujukan tentang kewirausahaan; (d) penataran tenaga instruktur kewirausahaan; (e) diadakan forum wirausaha dari siswa dan untuk siswa; (f) menyusun perencanaan melalui pembuatan proyek proposal kegiatan siswa; dan (g) melaksanakan studi kelayakan, survei dan penelitian tentang kewirausahaan.
Keempat, pembenahan pada kurikulum pendidikan formal, artinya kurikulum pendidikan di setiap satuan pendidikan harus memasukkan unsur pendidikan wirausaha pada siswa dengan baik. Beberapa alternatif yang dapat dilakukan dalam mengembakan kurikulum wirausaha antara lain: (a) mengembangkan satu bidang studi tentang wirausaha. Hal ini dapat dilakukan dengan cara; Tidak terlalu banyak merubah sistem pengajaran yang telah berjalan; Disajikan mengikuti pola pengajaran bidang studi yang ada; Isi dan ruang lingkup kajian (materi pembelajaran) disusun sedemikian rupa sesuai dengan jenjang pendidikan peserta didik; (b) penyiapan kurikulum kewirausahaan ke dalam bentuk aktivitas pembelajaran secara periodik.
Contoh isi pengembangan kuirikulum kewirausahaan di setiap jenjan pendidikan: (1) jenjang pendidikan TK dan sekolah dasar, isi kurikulumnya menyangkut: (a) cerita kewirausahaan di kalangan hewan, (b) cerita perjalanan petualangan penemuan hal-hal yang baru, (c) cerita dan nyanyian kewirausahaan, dan gambar atau framen tentang kewirausahaan; (2) jenjang pendidikan sekolah menengah, isi kurikulum kewirausahaan menyangkut: (a) aspek keimanan, jiwa dan semangat untuk berkarya atau berjuang demi mengharap ridha Tuhan, bukan mengharap keridhaan dari sesamanya; (b) sikap mental dan kebiasaaan sehari-hari untuk berkarya, misalnya: sikap mental selalu tidak pus (ingin maju), ulet dan tekun; pandai bergaul atau menjalin komunikasi dengan sesamanya, menghargai waktu, empati, menghormati harkat dan martabat orang lain, menjunjung tinggi kejujuran, menolak pemberian tanpa suatu karya dsb.; (c) daya pikir kreatif, misalnya : melatih belajar mandiri, membuat buku catatan harian, (d) membangun skap mental keutamaan hasil karya melalui kerjasama; (e) sikap mental untuk menggerakkan diri, yang meliputi: Kegairahan dalam hidup, kesediaan untuk berusaha mencapai keberhasilan, pikiran kreatif, melakukan sesuatu karya dengan hati nurani; Mampu mengenal dan mehami keberagaman hidup; risiko dan persaingan; (f) mengenal risiko, misalnya risiko konflik, risiko inisiatif; (g) kemampuan meyakinkan, misalnya: keyakinan diri kuat akan keberhasilan usahanya, mengenal barang dan jasa sendiri, salesmanship, mengenal pasar dan calon pembeli; (h) mengenal dasar-dasar manajemen, misalnya mengenal untung-rugi, peningkatan biaya, anggaran dan rencana, mencari kawan berniaga, pembentukan modal dan berhemat; (i) ketrampilan dalam berwirausaha, misalnya pembukuan, penguasaan bahasa asing, siap mencoba berusaha di berbagai bidang, pengetahuan tentang hukum, asuransi, perbankkan dsb.
Kelima, diantara pendidikan watak kewirausahaan yang harus dibangun pada diri setiap siswa oleh guru, baik pada kegiatan proses pembelajaran maupun dalam wadah pembinaan dan pengembangan Koperasi siswa adalah: (a) mentalitas yang berorientasi ke masa depan, dan berpandangan positif serta kreatif; (b) ulet, tekun, tidak mudah putus asa dan pandai bergaul; (c) sangat menghargai waktu dan selalu siap berkompetisi secara sehat; (d) menjunjung tinggi sikap memberi daripada meminta dan berkepribadian menyenangkan (familier); (e) selalu siap bekerja keras dari jenis pekerjaan yang rendah, dan mampu mengendalikan diri untuk tidak konsumerisme; (f) tidak gila pangkat, gelar, kekuasaan dan selalu menerima hasil usaha sendiri. Diantara jiwa wirausaha yang harus dibangun pada diri setiap siswa adalah: (a) beriman pada Tuhan dan berbuat baik dengan sesama; (b) tidak suka tergantung pada orang lain, dan mempunyai rasa tanggung jawab pribadi, (c) berdisiplin nurani, dan berani mengambil resiko dari pilihan yang dianggap baik, (d) bertekad untuk memajukan lingkungannya dan menjunjung tinggi rasa keadilan serta berani menyebarluaskan hal-hal yang baik untuk kepentingan umum.
Diantara daya pikir ketrampilan kewirausahaan, baik melalui proses pembelajaran di kelas maupun praktek Kopsis yang harus dibangun pada diri setiap siswa adalah: (a) mampu menyusun perencanaan seopreasional mungkin, dan suka menjalin interaksi dalam bentuk kerjasama, (b) selalu termotivasi untuk berprestai dan selalu suka belajar baik pada pengetahuan terbaru maupun terhadap pengalaman masa lalu (gagal atau berhasil), (c) aktif dalam pengembangan penambahan pengetahuan dan ketramilan baru dan suka mendengar nasehat atau pendapat orang lain, (d) memperhatikan efisiensi dan efektifitas karya dan berpikiran terbuka serta bertanggung jawab.
Keenam, langkah penunjang dalam pengembangan pendidikan wirausaha siswa di sekolah adalah: (a) memerkokoh institusi pendidikan yang melaksanakan program kewirausahaan, melalui Kopsis sekolah sebanyak-banyaknya; (b) dibentuk suatu lembaga koordinasi pembinaan dan pengembangan sekolah yang melaksanakan program kewirausahaan; (c) diadakan proyek-proyek eksperimen terpadu antar sekolah dalam meningkatkan budaya wirausaha; (d) penyediaan dan pengembangan pelayanan dan fasilitas studi bagi para siswa yang melaksanakan program kewirausahaan pada lapangan usaha dan industri di masyarakat dan pemerintah; dan (e) pemerintah mendirikan pusat-puat pengembangan pendidikan dan pengembangan usaha dan industri yang dapat bersinergis dengan institusi-institusi pendidikan penyelenggara program kewirausahaan. Pola pendidikan kewirausahaan di pendidikan formal harus terjalin sinergis dengan pola pendidikan wirausaha di lembaga non formal (masyarakat) Misalnya setiap unit aktifitas ekonomi masyarakat mengadakan kelompok-kelompok kerja sesuai dengan bidangnya. Bidang-bdang kewirausahaan yang bisa dilakukan antara lain: (a) kewirausahaan dalam bidang usaha ekonomi; (b) kewirausahaan dalam bidang karir dan jabatan; (c) kewirausahaan dalam bidang pendidikan
Ketujuh, sistem pengorganisasian dan evaluasi pendidikan kewirausahaan siswa di sekolah, baik melalui proses pembelajaran maupun praktik Kopsis antara lain: (a) bahwa pengorgianisasian pelaksanaan kegiatan kewirausahaan sekolah adalah melalui OSIS pada sekretaris bidang (sekbid) kewirausahaan yang diwujudkan dalam bentuk aktifitas koperasi siswa; (b) dalam berbagai kegiatan yang bersifat khusus kepala sekolah dapat mementuk panitia penyelenggara kegiatan wirausaha; (c) dalam rangka kegiatan kewirausahaan antar sekolah atau antar instansi perlu dibentuk panitia bersama; (d) kepala sekolah dalam menjalin kerjasama lintas sektoral untuk kegiatan kewirausahaan, perlu menjalin kerjasama dengan orang tua wali dan tokoh masyarakat (komite sekolah); dan (e) pembinaan kewirausahaan dilakukan secara bertahap. Sedangkan proses evaluasi terhadap proses pendidikan kewirausahaan baik melalui proses pembelajaran maupun praktik Kopsis adalah: (a) evaluasi kinerja dilakukan setiap akhir semester; (b) proses evalusianya dapat menyangkut aspek perencanaan dan pelaksanaan; dan (c) agar diperoleh hasil evaluasi yang akurat diperlukan format atau instrument yang jelas sesuai dengan jenis kegiatan kewirausahaan sekolah.

Rabu, 22 Februari 2012

Internet sebagai Dunia Usaha Modern

Internet sebagai Dunia Usaha Modern

Dalam dunia bisnis sering kita mendengar tawar menawar. Dalam dunia bisnis pasti tidak luput dari komunikasi, untuk promosi ataupun tawar menawar. Dengan seiring brjalanya waktu, banyak para pengusaha yang memasarkan produknya di internet. Pengusaha juga lebih mudah untuk mencari informasi dalam proses pemasaran. Bahkan pemasaran menggunakan internet bisa sampai pasar internasional apabila produk dan jasa yang ditawarkan sangat menarik.Pemasaran di internet sama dengan pembeli berhubungan langsung dengan penjual.Dari refrensi diatas banyak peluang untuk pengusaha di indonesia untuk mencari keuntungan dengan cara yang mudah namun masih banyak masyarakat yang kurang memahami itu, karena pengusaha di indonesia lebih banyak kalangan tua. Pengguna internet di indonesia masih terbilang minim karena hanya baru 3% dari seluruh penduduk indonesia. Untuk itu sangat penting akan kemajuan tekhnologi yang harus diikuti pola pikir mayarakat agar masyarakat dapat menggunakan teknologi untuk melakukan hal hal yang positif dan sangat berguna seperti berbisnis di internet.

Gempa Tekhnologi


           DENGAN penggunaan teknologi yang semakin maju, manusia dapat mengentas segala urusannya. Dengan  kata lain, teknologi membantu manusia melaksanakan sesuatu kerja dengan lebih cepat dan berkelas. Kebergantungan manusia terhadap teknologi dalam kehidupan seharian dilihat semakin bertambah seiring dengan perubahan-perubahan teknologi terbaru. Baik telephone, komputer, adalah contoh teknologi yang terus mengalami perubahan-perubahan..
Teknologi selamanya alat
Keinginan  terhadap teknologi kadang kala membuatkan manusia menganggap teknologi sebagai suatu yang dapat mewujudkan segala macam keinginan, dan pula mengarahkan mereka ke arah kehidupan yang materialistik. Pemilikan teknologi dirasakan dapat membawakan perasaan lebih hebat, lebih tinggi berbanding orang lain.
Namun, adakah benar penemuan dan pemilikan teknologi sebagai sesuatu yang ingin dibanggakan atau disalah gunakan untuk menindas yang lain, seperti mana yang dilakukan oleh negara yang menganggap dirinya Polis Dunia?
Justeru, teknologi perlu ditatang sebagai alat untuk mencapai sesuatu yang murni, sambil memelihara kemurnian yang sedia. Aspek budaya, bahasa, serta agama tidak seharusnya terhanyut akibat gempa teknologi yang kedahsyatannya belum terlihat secara langsung.
Sebaliknya, aspek-aspek tersebut perlu menjadi pondasi agar tahan menghadapi gempa teknologi yang semakin menjadi. Teknologi seharusnya membantu manusia mencapai sesuatu manfaat untuk dirinya. Penggunaan teknologi yang mengabaikan orang lain tidak akan membolehkan manusia mencapai manfaat sebenar daripada teknologi tersebut.
Teknologi tetap penting untuk dikuasai karena bersama teknologi, kita mampu mencapai kemandirian ekonomi, politik. Dengan adanya teknologi, pembangunan negara akan dapat bergerak seiring kepesatan keperluan penduduk yang semakin meningkat dari semasa ke semasa.
Kemandirian teknologi yang diharapkan memerlukan upaya berfikir secarakreatif dan inovatif. Kemandirian teknologi yang  mengacu  kepada akar budaya, bahasa dan agama kita sendiri akan mampu mewujudkan masyarakat berteknologi yang masih utuh jati dirinya serta unik dan unggul khazanah ilmunya.

PBT

Pariwisata Berbasis Teknologi 



Dalam suatu daerah pastinya mempunyai suatu kekayaan alam atau objek pariwisata. Objek pariwisata itupun mempunyai daya jual yang tinggi dinilai dari keindahan Objek wisata yang disuguhkan tersebut. Selain itu Fasilitas dalam Pariwisata itu ternyata juga sangat berpengaruh terhadap nilai jual suatu objek wisata. Diponorogo sendiri terdapat banyak objek wisata yang belum di optimalkan keberadaanya sehingga pemasukan dari periwisata pun hanya dapat menyumbang sedikit untuk kas daerah. Selain Kurangnya optimalisasi, juga kurangya fasilitas fasilitas dan penggunaan Tekhnologi pada objek pariwisata tersebut, sehingga tak jarang orang asing setelah sampai di ponorogo agak merasa kecewa. Namun kekecewaan itu dapat ditutupi dengan suguhan reyog khas Ponorogo. Sejalan dengan meningkatnya kesejahteraan rakyat maka kebutuhan untuk berlibur meningkat. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan informasi tentang tujuan wisata, objek wisata yang menarik, sarana yang tersedia seperti transportasi untuk mencapai tujuan wisata, produk wisata yang diminati dan lain sebagainya. Untuk memperoleh informasi tersebut wisatawan sering mengalami kesulitan karena tidak mengetahui dimana dan pada siapa harus meminta informasi. Singkatnya kebutuhan informasi di bidang pariwisata meningkat dan perlu disiapkan dengan rapi dan terstruktur agar dapat diakses dengan mudah.

Selain kebutuhan wisatawan akan informasi yang lengkap, akurat dan mudah didapat, maka pihak lain yang juga membutuhkan data dan informasi tersebut adalah pihak pengelola industri pariwisata dan pemerintah sebagai pihak pengambil keputusan dan penentu kebijakan dibidang pariwisata. Namun penekanan kebutuhan data dan informasi bagi masing-masing pihak berbeda. Jika bagi wisatawan adalah untuk memudahkan mereka menentukan rencana perjalanan wisatanya sementara bagi industri pariwisata dan pemerintah adanya sistem informasi yang baik sangat membantu mereka untuk tujuan pengambilan keputusan. Suatu Sistem Informasi Manajemen (SIM) dapat membantu baik pemerintah maupun industri/ pelaku pariwisata.
Dengan adanya kemmauan besar pastinya Pariwisata berbasis Teknologi dapat tercapai dan memudahkan masyarakat lokal maupun asing untuk mendapat informasi tentang pariwisata yang ada di ponorogo.

TEHNOLOGI PONOROGO MASA DEPAN VS KEBUDAYAAN PONOROGO


Dalam kemajuan IPTEK tentunya harus diiringi pola pikir masyarakat terlebih dahulu. Masyarakat yang pola fikirnya masih rendah / kurang memadai tentunya akan memanfaatkan tekhnologi sacara kurang maksimal dan menyalahgunakan teknologi tersebut. Di ponorogo masih banyak masyarakat yang pola fikirnya masih rendah dan memanfaatkan tehknologi secara ugal ugalan. Kemajuan tehnologi yang tidak di imbangi dengan pola fikir akan menyebabkan Cultural Shock (Ketimpangan Budaya) sehingga tak jarang banyak masyarakat terutama Darah Muda yang lebih memilih Budaya asing yaitu Tekhnologi Daripada Budaya mereka sendiri contohnya jangan jauh jauh kita ambil masyarakat Ponorogo Sendiri. Sekarang ini Masyarakat Muda lebih asing dengan budaya sendiri karena terpengaruh budaya asing yang tidak diikuti dengan kesadaran masing-masing individhu. Selain itu pemanfaatan tehknologi tersebut disalahgunakan oleh masyarakat untuk mengakses hal hal yang negative dan lebih parahnya banyak anak kecil yang ikut ikutan meniru hal tersebut. Tekhnologi diponorogo pun kini sudah cukup memadai akan tetapi masih banyak yang menyalahgunakan sebagian tekhnlogi. Salah satu faktor penunjang kemajuan tekhnologi masa depan di Ponorogo adalah masyarakat Ponorogo sendiri. Karena Masyarakat harusnya lebih positif dan kreatif dalam menanggapi tekhnologi tersebut. Bukan hanya menguunakan  saja akan tetapi masyarakat bisa memperbaiki atau membuat produk sendiri melalui  pembelajaran khusus atau mungkin di sekolah. Dengan begitu Masyarakat tidak tergantung pada produk asing. Serta masyarakat bisa membuat lapangan pekerjaan melalui itu semua. Dengan Pola pikir masyarakat yang dapat mengimbangi kemajuan IPTEK tentunya akan terbentuk suatu daerah yang kaya akan kebudayaan dan mempunyai kebudayaan khasnya. Seperti kita ketahui masyarakat indonesia terkenal dengan penerima kebudayaan asing dan mengadopsi serta disesuaikan dengan kemampuan mereka. Untuk itu masyarakat Ponorogo punya jati diri sendiri yang patut dibanggakan tanpa menolak kebudayaan lain.

TRL

Tehknologi Ramah Lingkungan




Teknologi merupakan suatu sarana yang fungsinya sendiri adalah untuk memudahkan pekerjaan manusia. Tekhnologi yang semakin canggih tentunya juga akan memberi banyak keuntungan manusia. Akan tetapi dibalik kemudahan kemudahan itu Teknologi juga memberi dampak negatif terhadaf lingkungan. Dengan bertambahnya permintaan tekhnologi maka semakin banyak SDA yang digunakan. Sumber Daya Alam yang digunakan tentunya harus dengan efisisensi. Akan tetapi banyak Industri yang memproduksi Tekhnologi canggih tanpa memperhatikan keseimbangan Sumber Daya Alam diskitarnya. Banyaknya Sumber Daya Alam yang dipakai tanpa memperhatikan lingkungan tentunya akan membawa dampak negatif dan akan merugikan manusia sendiri. Seperti asap motor yang tidak memperhatikan lingkungan suatu ketika itu akan menjadi aset bencana di dunia ini. Untuk itu marilah kita membuat/menggunakan tekhnologi yang ramah lingkungan selain manfaatnya yang bagus dari segala aspek kehidupan juga merupakan aturan agama yang menyuruh kita untuk menjaga Lingkungan seperti yang tercantum di Al-Quran. Dengan adanya Tekhnologi ramah lingkungan tentunya sangat megurangi dampak negatif dari pemanfaatan SDA yang seenaknya/Ugal ugalan tersebut.Teknologi yang semakin maju seharusnya diiringi pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Sudah kita ketahui bahwa ponorogo termasuk wilayah yang subur dan banyak berbagai tumbuhan yang dapat tumbuh. Dalam hal ini kita sudah memounyai satu modal untuk meningkatkan teknologi di masa depan .













Perpustakaan Digital

Perpustakaan Digital : Mengembangkan perpustakaan masa depan di Ponorogo



Perpustakaan adalah sarana untuk mencari informasi para pengguna perpustakaan. Bagi sebagian pengguna perpustakaan, perpustakaan merupakan "Jantung" tanpa ada perpustakaan mereka mati. Perpustakaan yang kita kenal selama ini adlah perpustakkan yang banyak orang mengangapnya hanya gudang buku. Padahal Perpustakaan pusat sumber belajar yang membantu pengembangan dan peningkatan minat baca, literasi informasi, bakat serta kemampuan peserta didik. Akhir akhir ini pun minat baca siswa pun juga sangat menurun karena tidak adanya inovasi dalam perpustakaan. Sebelumnya mungkin kita pernah berfikiran perpustakaan Digital. Dengan Inovasi baru ini tentunya banyak siswa yang tergugah untuk membaca. Karena kemajuan tekhnologi sangat berpengaruh pada Era sekarang ini. Seiring dengan perkembangan tekhnologi informasi dengan Perpustakaan Digital ( Digital Library ), masyarakat menuntut agar dapat memperoleh informasi dengan mudah, berkualitas, tepat akurat, dalam berbagai kemasan. Informasi tersebut harus tersedia seluas-luasnya dan dari mana dan kapan saja.Perpustakaan Digital merupakan perpustakaan yang mempunyai koleksi buku sebagian besar dalam bentuk format digital dan yang bisa diakses dengan komputer. Jenis perpustakaan ini berbeda dengan jenis perpustakaan konvensional yang berupa kumpulan buku tercetak, film mikro (microform dan microfiche), ataupun kumpulan kaset audio, video, dll. Isi dari perpustakaan digital berada dalam suatu komputer server yang bisa ditempatkancsecara lokal, maupun di lokasi yang jauh, namun dapat diakses dengan cepat dan mudah lewat jaringan komputer.
Ada banyak hal terkait dengan perpustakaan digital atau perpustakaan berbasis website dalam mempersiapkan dan membangunnya karena detail yang harus disiapkan. Semakin luas website yang akan dibangun, maka semakin banyak pula detail yang harus disiapkan.
Yang membedakan perpustakaan biasa dan digital sangat banyak sekali contohnya : Lebih efisien waktu,tempat, dan biaya serta lebih menarik. Untuk tuggu Ponorogo punya Perpustakaan daerah berbasis Digital.Sekian

Pemanfaatan E-Learning dalam Proses Pembelajaran

E-Learning Dalam Kependidikan
          

Sudah kita ketahui mutu pendidikan sekarang ini sangat rendah  dan ditambah dengan pemanfaatan tehknologi yang kurang sekali.Padahal tehknologi sangat berpengaruh dalam peningkatan taraf pendidikan di sekolah.Dalam proses pembelajaran pemanfaatan tehknologi sangat mempengaruhi daya belajar anak anak. Salah satunya dengan E-Learning. Pembelajaran yang dilakukan dengan akses internet ini bisa digunakan/diakses dimana saja yang ada jaringan internetnya. Dengan E-Learnig siswa menjadi lebih mudah untuk Belajar dan proses pembelajaran menjadi lebih menarik. E-Learning menawarkan proses pembelajaran secara konvesional artinya dengan jarak jauh.E-Learning memberikan kesempatan bagi para pelajar untuk memegang kendali & Kesuksesan belajar mereka masing-masing. Artinya jika siswa belum paham materi tersebut dan mengulangginya, atau jika siswa sudah paham dengan materi tersebut siswa dapat melewati dan mencari materi yang dia inginkan. Pembelajaran di dalam E-Learning tetap memegang prinsip pembelajaran. E- Learning semakin mudah digunakan dan dapat diakses menggunakan melalui mobile phone. Dengan begitu siapa saja semakin mudah mencari informasi & Belajar dimanapun dan kapanpun sesuka mereka.